Hikmah perjalanan hari ini adalah…, perhatikan di mana kita turun angkot.
Memenuhi janji bertemu teman lama, sore ini saya menuju Gramedia Depok, dengan kendaraan umum (angkot). Dari Lenteng Agung naik O2 angkot merah, masih harus berganti angkot yang menuju Depok. Idaman saya angkot no 19 karena relatif bersih kendaraannya.
Dan ketika dari angkot 02 yang saya naiki sudah terlihat angkot no 19 yang ke arah Depok, serta merta saya meminta pak supir untuk menghentikan mobilnya. Salahnya, saya tidak memperhatikan di mana saya minta berhenti. Jreng Jreng…
Saya salah perhitungan, ternyata angkot no 19 yang saya tuju tidak mau berhenti, baru kemudian saya tersadar, aroma fermentasi yang khas bertebaran diudara. Dan saya tersadar kalau saya berdiri tepat berseberangan dengan tempat pembuangan sampah. Antara saya dan tumpukan sampah hanya jalanan dua jalur yang tidak bisa dibilang lebar, Waw. Dalam batin saya. Tidak terhitung berapai kali saya sudah melewati jalanan yang sama, namun baru kali itu saya tahu, ada tempat pembuangan sampah tepat di pinggir jalan umum yang padat dilalui kendaraan.
Tempat pembuangan sampah itu berada di Jalan Raya Depok yang menuju ke arah Depok, beberapa meter sebelum stasiun Kereta Lenteng Agung. Ya, sudah pasti itu hanya tempat pembuangan sampah sementara. Namun tepat di pinggir jalan raya yang lalu lintasnya padat? Tanpa pagar, tanpa pembatas? Pemandangan yang indah, ya? Hehe.. Begitulah. Yang pasti begitu ada angkot no 19 yang berhenti, saya segera naik. Dan agak risih juga melihat dua ibu-ibu di depan saya langsung menutup hidung dengan kain jilbab mereka, begitu saya naik 😀
Hehe… Mungkin aroma sampah dari sebrang jalan yang terlalu menusuk hidung, atau bisa jadi ada aroma sampah yang menempel di baju saya.